romansa

Minggu, 13 Januari 2013

Bab 10 Agama dan Masyarakat



         
      Pada bab yang terakhir ini saya akan menjelaskan tentang apa itu masyarakat.            Masyarakat adalah suatu sistem sosial yang menghasilkan kebudayaan (Soerjono Soekanto, 1983). Sedangkan agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan tersebut. Sedangkan Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan budaya. Di tahun 2000, kira-kira 86,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 5,7% Protestan, 3% Katolik, 1,8% Hindu, dan 3,4% kepercayaan lainnya.
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”. Pemerintah, bagaimanapun, secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu.
Dengan banyaknya agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik antar agama sering kali tidak terelakkan. Lebih dari itu, kepemimpinan politis Indonesia memainkan peranan penting dalam hubungan antar kelompok maupun golongan. Program transmigrasi secara tidak langsung telah menyebabkan sejumlah konflik di wilayah timur Indonesia.
Berdasar sejarah, kaum pendatang telah menjadi pendorong utama keanekaragaman agama dan kultur di dalam negeri dengan pendatang dari India, Tiongkok, Portugal, Arab, dan Belanda. Bagaimanapun, hal ini sudah berubah sejak beberapa perubahan telah dibuat untuk menyesuaikan kultur di Indonesia.
Berdasarkan Penjelasan Atas Penetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama pasal 1, “Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius)”.
Islam : Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia, dengan 88% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam. Mayoritas Muslim dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan Sumatera. Masuknya agama islam ke Indonesia melalui perdagangan.
Hindu : Kebudayaan dan agama Hindu tiba di Indonesia pada abad pertama Masehi, bersamaan waktunya dengan kedatangan agama Buddha, yang kemudian menghasilkan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha seperti Kutai, Mataram dan Majapahit.
Budha : Buddha merupakan agama tertua kedua di Indonesia, tiba pada sekitar abad keenam masehi. Sejarah Buddha di Indonesia berhubungan erat dengan sejarah Hindu.
Kristen Katolik : Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ketujuh di Sumatera Utara. Dan pada abad ke-14 dan ke-15 telah ada umat Katolik di Sumatera Selatan. Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah.
 Kristen Protestan : Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda (VOC), pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mengutuk paham Katolik dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di Indonesia.Agama ini berkembang dengan sangat pesat di abad ke-20, yang ditandai oleh kedatangan para misionaris dari Eopa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah barat Papua dan lebih sedikit di kepulauan Sunda.
Konghucu : Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para pedagang Tionghoa dan imigran. Diperkirakan pada abad ketiga Masehi, orang Tionghoa tiba di kepulauan Nusantara. Berbeda dengan agama yang lain, Konghucu lebih menitik beratkan pada kepercayaan dan praktik yang individual.
Fungsi agama
Agama dalam kehidupan masyarakat sangat penting, misalnya saja dalam pembentukan individu seseorang. Fungsi agama dalam masyarakat adalah:
fungsi agama di bidang social : dimana agama bisa membantu para anggota-anggota masyarakat dalam kewajiban social.
Fungsi agama dalam keluarga
fungsi agama dalam sosialisasi: dapat membantu individu untuk menjadi lebih baik diantara lingkungan masyarakat-masyarakat yang lain supaya dapat berinteraksi dengan baik.
Dimensi komitmen agama
Dimensi komitmen agama menurut Roland Robertson:
dimensi keyakinan mengandung perkiraan/harapan bahwa orang yang religius akan menganut pandangan teologis tertentu.
Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata.
Dimensi pengerahuan, dikaitkan dengan perkiraan.
Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, semua agama mempunyai perkiraan tertentu.
Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan.
Pelembagaan agama
Tiga tipe kaitan agama dengan masyarakat:
a. masyarakat dan nilai-nilai sacral
b. masyarakat-masyarakat praindustri yang sedang berkembang
c. masyarakat-masyarakat industri sekuler
Pelembagaan agama
         Pelembagaan agama adalah apa dan mengapa agama ada, unsur-unsur dan bentuknya serta fungsi struktur agama. Dimensi ini mengidentifikasikan pengaruh-pengaruh kepercayaan di dalam kehidupan sehari-hari.
 Agama, konflik dan masyarakat
            Upacara-upacara yang bernuansa agama suku bukannya semakin berkurang tetapi kelihatannya semakin marak di mana-mana terutama di sejumlah desa-desa.Misalnya saja, demi pariwisata yang mendatangkan banyak uang bagi para pelaku pariwisata, maka upacara-upacara adat yang notabene adalah upacara agama suku mulai dihidupkan di daerah-daerah.
Upacara-upacara agama suku yang selama ini ditekan dan dimarjinalisasikan tumbuh sangat subur. Anehnya sebab bukan hanya orang yang masih tinggal di kampung yang menyambut angin segar itu dengan antusias tetapi ternyata orang yang lama tinggal di kotapun menyambutnya dengan semangat membara. Misalnya pemilihan hari-hari tertentu yang diklaim sebagai hari baik untuk melaksanakan suatu upacara. Hal ini semakin menarik sebab mereka itu pada umumnya merupakan pemeluk yang “ fanatik” dari salah satu agama monoteis bahkan pejabat atau pimpinan agama. Jadi pada jaman sekarang pun masih banyak sekali hal yang menghubungkan agama dengan kepercayaan-kepercayaan seperti itu sehingga bisa menimbulkan konflik bagi masyarakat itu sendiri.
 Nama    : Mohammad Andreansyah
Kelas      : 1KA 36
Npm       : 14112697

Bab 9 Ilmu Pengetahuan Teknologi Dan Kemiskinan







ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
 menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi 
kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan 
rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi
 lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan 
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara 
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
 tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia
 berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
 Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi
 ke dalam hal yang bahani (materiil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa 
meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup pandangannya ke
 dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit. Berkenaan dengan
 contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya 
matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi 
sesuai untuk menjadi perawat.
Sikap Ilmiah

Scientist atau Sikap ilmiah dimana ilmuwan mempelajari gejala-gejala 
alam melalui observasi, eksperimentasi dan analisis yang rasional. 
Ia menggunakan sikap-sikap tertentu (Scientific attitudes). Sikap-sikap
 tersebut antara lain :
1. Jujur
Seorang ilmuwan wajib melaporakan hasil pengamatan secara objektif.

 Dalam kehidupan sehari-hari mungkin saja ia tidak jujur dari manusia 
lain, tetapi dalam hal penelitian ia harus sejujur-jujurnya dalam melaporkan
 penelitiannya.
2. Terbuka
Seorang ilmuwan mempunyai pandangan luas, terbuka dan bebas dari

 praduga. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan 
menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum menerima/ 
menolaknya. Jadi ia terbuka akan pendapat orang lain.
3. Toleran
Seorang ilmuwan tidak merasa bahwa ia paling hebat. Ia bersedia mengakui

 bahwa orang lain mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih luas, atau 
mungkin saja pendapatnya bisa salah. Dalam belajar menambah ilmu 
pengetahuan ia bersedia belajar dari orang lain, membandingkan 
pendapatnya dengan pendapat orang lain, serta tidak memaksakan 
suatu pendapat kepada orang lain.
4. Skeptis
Ilmuwan dalam mencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui, 

dan skeptis. Ia akan menyalidiki bukti-bukti yang melatarbelakangi
 suatu kesimpulan. Ia akan bersikap kritis untuk memperoleh data 
yang menjadi dasar suatu kesimpulan tanpa didukung bukti-bukti yang kuat.
5. Optimis
Seorang ilmuwa selalu berpengharapan baik. Ia tidak akan berkata

 bahwa sesuatu itu tidak dapat dikerjakan, tetapi akan mengatakan 
 Berikan saya kesempatan untuk memikirkan dan mencoba mengerjakan “.
6. Pemberani
Ilmuwan sebagai pencari kebenaran harus berani melawan semua 

kesalahan, penipuan, kepura-puraan, kemunafikan dan kebatilan
 yang akan menghambat kemajuan.
7. Kreatif
Ilmuwan dalam mengembangkan ilmunya harus selalu kreatif agar 

terlihat lebih menarik.
Teknologi
Teknologi merupakan satu konsep yang luas dan mempunyai lebih 
daripada satu takrifan. Takrifan yang pertama ialah pembangunan dan
 penggunaan alatan, mesin, bahan dan proses untuk menyelesaikan
 masalah manusia.
Istilah teknologi selalunya berkait rapat dengan rekaan dan gadget 
menggunakan prinsip sains dan proses terkini. Namun, rekaan lama 
seperti tayar masih menunjukkan teknologi.
Maksud yang kedua digunakan dalam bidang ekonomi, yang mana 
teknologi dilihat sebagai tahap pengetahuan semasa dalam 
menggabungkan sumber bagi menghasilkan produk yang dikehendaki.
 Oleh itu, teknologi akan berubah apabila pengetahuan teknikal kita berubah.
Takrifan teknologi yang diguna pakai di sekolah-sekolah dan institusi-insitusi
 pengajian tinggi di Malaysia ialah aplikasi pengetahuan sains yang 
boleh memanfaatkan serta menyelesaikan masalah manusia yang 
dihadapi dalam kehidupan seharian.
Ciri-ciri fenomena teknik pada masyarakat :
  • Rasionalitas, artinya tidakan spontan oleh teknik diubah menjadi
  •  tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional
  • Artifisialitas, artiya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
  • Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dalam rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis
  • Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
  • Monisme artiya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung
  • Universalisme. artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan
  • Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip
Hubungan Ilmu dengan Nilai-nilai Hidup

Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi etis 
sebagai pertimbangan dan mempunyai pengaruh terhadap proses 
perkembangan lebih lanjut ilmu dan teknologi. Tanggung jawab etis 
merupakan sesuatu yang menyangkut kegiatan keilmuan maupun 
penggunaan ilmu, yang berarti dalam pengembangannya harus 
memperhatikan kodrat dan martabat manusia, menjaga keseimbangan
 ekosistem, bersifat universal, bertanggungjawab pada kepentingan umum, 
dan kepentingan generasi mendatang.
Tanggung jawab ilmu menyangkut juga hal-hal yang akan dan telah 
diakibatkan ilmu dimasa lalu, sekarang maupun akibatnya di masa mendatang, 
berdasarkan keputusan bebas manusia dalam kegiatannya. 
Penemuan baru dalam ilmu terbukti ada yang dapat mengubah 
sesuatu aturan nilai-nilai hidup baik alam maupun manusia. 
Hal ini tentu menuntut tanggung jawab untuk selalu menjaga 
agar yang diwujudkan dalam perubahan tersebut akan merupakan
 perubahan yang terbaik bagi perkembangan ilmu itu sendiri maupun
 bagi perkembangan eksistensi manusia secara utuh.
Tanggung jawab etis tidak hanya menyangkut upaya penerapan ilmu 
secara tepat dalam kehidupan manusia, melainkan harus menyadari
 apa yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan untuk memperkokoh
 kedudukan serta martabat manusia seharusnya, baik dalam hubungannya 
sebagai pribadi, dalam hubungan dengan lingkungannya maupun sebagai
 makhluk yang bertanggung jawab terhadap Khaliknya.
Jadi perkembangan ilmu akan mempengaruhi nili-nilai kehidupan 
manusia tergantung dari manusianya itu sendiri, karena ilmu 
dilakukan oleh manusia dan untuk kepentingan manusia dalam 
kebudayaannya. Kemajuan di bidang ilmu memerlukan kedewasaan
 manusia dalam arti yang sesungguhnya, karena tugas terpenting
 ilmu adalah menyediakan bantuan agar manusia dapat bersungguh-sungguh 
mencapai pengertian tentang martabat dirinya.
Mengapa Ilmu Tidak Dapat Terpisahkan dengan Nilai-nilai Hidup

Ilmu dapat berkembang dengan pesat menunjukkan adanya proses
 yang tidak terpisahkan dalam perkembangannya dengan nilai-nilai hidup.
 Walaupun ada anggapan bahwa ilmu harus bebas nilai, yaitu dalam setiap
 kegiatan ilmiah selalu didasarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. 
Anggapan itu menyatakan bahwa ilmu menolak campur tangan 
faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu itu sendiri, 
yaitu ilmu harus bebas dari pengandaian, pengaruh campur tangan politis,
 ideologi, agama dan budaya, perlunya kebebasan usaha ilmiah agar 
otonomi ilmu terjamin, dan pertimbangan etis menghambat kemajuan ilmu.
Pada kenyataannya, ilmu bebas nilai dan harus menjadi nilai yang
 relevan, dan dalam aktifitasnya terpengaruh oleh kepentingan tertentu. 
Nilai-nilai hidup harus diimplikasikan oleh bagian-bagian praktis ilmu
 jika praktiknya mengandung tujuan yang rasional. Dapat dipahami bahwa
 mengingat di satu pihak objektifitas merupakan ciri mutlak ilmu, 
sedang dilain pihak subjek yang mengembangkan ilmu dihadapkan 
pada nilai-nilai yang ikut menentukan pemilihan atas masalah dan
 kesimpulan yang dibuatnya.
Setiap kegiatan teoritis ilmu yang melibatkan pola subjek-subjek 
selalu mengandung kepentingan tertentu. Kepentingan itu bekerja 
pada tiga bidang, yaitu pekerjaan yang merupakan kepentingan ilmu 
pengetahuan alam, bahasa yang merupakan kepentingan ilmu 
sejarah dan hermeneutika, dan otoritas yang merupakan kepentingan
 ilmu sosial.
Dengan bahasan diatas menjawab pertanyaan mengapa ilmu tidak 
dapat dipisahkan dengan nilai-nilai hidup. Ditegaskan pula bahwa
 dalam mempelajari ilmu seperti halnya filsafat, ada tiga pendekatan
 yang berkaitan dengan kaidah moral atau nilai-nilai hidup manusia, yaitu:
1. Pendekatan Ontologis
Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. 
Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontologis mempertanyakan tentang
 objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi
 lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada
 dalam jangkauan pengalaman manusia.
Dalam kaitannya dengan kaidah moral atau nilai-nilai hidup, maka
 dalam menetapkan objek penelaahan, kegiatan keilmuan tidak boleh 
melakukan upaya yang bersifat mengubah kodrat manusia,
 merendahkan martabat manusia, dan mencampuri permasalahan kehidupan.
2. Pendekatan Epistemologi
Epistemologis adalah cabang filsafat yang membahas tentang
 asal mula, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran
 pengetahuan. Dalam kaitannya dengan ilmu, landasan epistemologi
 mempertanyakan proses yang memungkikan dipelajarinya pengetahuan
 yang berupa ilmu.
Dalam kaitannya dengan moral atau nilai-nilai hidup manusia, 
dalam proses kegiatan keilmuan, setiap upaya ilmiah harus ditujukan
 untuk menemukan kebenaran, yang dilakukan dengan penuh kejujuran,
 tanpa mempunyai kepentingan langsung tertentu dan hak hidup yang
 berdasarkan kekuatan argumentasi secara individual. Jadi ilmu
 merupakan sikap hidup untuk mencintai kebenaran dan membenci kebohongan.

3. Pendekatan Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. 
Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan 
yang berupa ilmu itu dipergunakan. Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan 
dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia. Dalam hal ini ilmu dapat 
dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup
 manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, 
dan kelestarian atau keseimbangan alam. Untuk itu ilmu yang diperoleh dan
 disusun dipergunakan secara komunal dan universal. Komunal berarti
 ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik bersama, setiap orang
 berhak memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya. Universal berarti 
bahwa ilmu tidak mempunyai konotasi ras, ideologi, atau agama.
Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk 
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat 
berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan
 oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses 
terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. 
Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, 
sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, 
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
  • Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
  • Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
Ciri Kemiskinan
Apabila kita amati, mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
  • Mereka umumnya tidak mempunyai factor produksi sendiri seperti tanah yang cukup, modal dan keterampilan.
  • Mereka tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
  • Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat SD atau SLTP. Waktu mereka tersita habis untuk mencari nafkah sehingga tidak ada waktu untuk belajar.
Fungsi-fungsi Orang Miskin

Pertama : adalah menyediakan tenaga kerja untuk pekerjaan
 kotor, tidak terhormat, berat, berbahaya, tetapi di bayar murah.
Kedua : kemiskinan adalah menambah atau memperpanjang
 nilai guna barang atau jasa. Baju bekas yang sudah tidak terpakai dapat di
 jual ( atau dengan bangga di katakan ” di infakan ”)kepada orang-orang miskin.
Ketiga : kemiskinan adalah mensubsidi berbagai kegiatan ekonomi
 yang menguntungkan orang-orang kaya. Pegawai-pegawai kecil, 
karena di bayar murah, petani tidak boleh menaikan harga beras mereka
 untuk mensubsidi orang-orang kota.
Kempat : kemiskinan adalah menyediakan lapangan kerja,
bagaimana mungkin orang miskin memberikan lapangan kerja ? 
karena ada orang miskin lahirlah pekerjaan tukang kredit 
( barang atau uang ) aktivis-aktivis LSM ( yang menyalurkan 
dana dari badan-badan internasional lewat para aktivis yang 
belum mendapatkan pekerjaan kantor ) belakangan kita tahu 
bahwa tidak ada komunitas yang paling laku di jual oleh negara 
ketiga di pasaran internasional selain kemiskinan.
Kelima : kemiskinan adalah memperteguh status sosial 
orang-orang kaya, perhatikan jasa orang miskin pada perilaku 
orang-orang kaya baru. Sopir yang menemaninya memberikan 
label bos kepadanya.Nyonya-nyonya dapat menunjukan kekuasaannya
 dengan memerintah inem-inem mengurus rumah tangganya.
 Tanggapan

Ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki kaitan yang jelas,
 yakni teknologi merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan.
Selain itu, teknologi juga mengandung ilmu pengetahuan didalamnya. 
Ilmu pengatahuan digunakan untuk mengatahui “apa” sedangkan teknologi 
digunakan untuk mengatahui “bagaimana”. Perubahan teknologi yang
 cepat dapat menyebabkan kemiskinan, karena dapat menyebabkan
 perubahan sosial yang fundamental.


Nama  : Mohammad Andreansyah 
Kelas   : 1KA 36
Npm    : 14112697